Di Basrah ada seorang abid yang rasa khaufnya kepada Allah sangat tinggi, hingga hidupnya didera dengan tangis. Tatkala ajal telah mendekatinya, seluruh keluarganya berada di sisinya. Ia berkata kepada mereka, “Dudukkan aku”, maka mereka pun mendudukkannya.
Ia menghadap ke arah keluarganya dan bertanya, “Wahai AYAH-ku, apa yang membuatmu menangis?” Sang AYAH menjawab: “Wahai anakku, aku terfikir tentang kehilangan dirimu dan kesendirianku tanpamu”.
Kemudian sang abid menghadap ibunya dan bertanya” Wahai IBU-ku, apa yang membuatmu menangis?” Sang ibu menjawab, “karena aku harus meneguk pahitnya rasa seorang ibu yang kehilangan anaknya”.
Kemudian ia berpaling ke arah isterinya dan bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Sang isteri menjawab,”karena aku tidak bisa lagi berbuat baik kepadamu dan aku akan membutuhkan orang selailnmua”.
Kemudian ia berpaling ke arah anak-anaknya dan bertanya, “apa yang membuat kalian menangis?”. Mereka menjawabm, “karena yatim dan lemah sepeninggalmu”.
Saat itulah ia menatap mereka satu persatu, kemudian menangis. Mereka pun akhirnya ganti bertanya,” Apa yang membuatmu menangis?” ia menjawab, “Aku menangis karena kalian semua menangis untuk diri kalian sendiri bukan untukku. Adakah yang menangis karena sedikitnya bekalku? Adakah yang menangis karena tempat tidurku di atas tanah? Adakah yang menangis karena hisab yang buruk? Adakah yang menangis karena pemberhentianku di hadapan Rabb semesta alam?”
Kemudian ia pun terjatuh. Keluarganya menggerak-gerakkannya, tetapi ia telah meninggal
( Diambil dari “Mutiara Amaly”, Volume 35, hal.6)
