ARTIKEL

Pilpres dan Netralitas Media Massa

Pilpres 2014 yang berlangsung tangal 9 Juli2014 telah berakhir, namun belum ada hasil. Penghitungan suara versi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dianggap belum final karena adanya gugatan darisalah satu kontestan peserta Pemilu (Prabowo-Hatta) ke Mahkamah Agung.

Hasil akhir Pilpres, dengan demikian, tergantung pada keputusan MK, apakah akan mengukuhkan pasangan Jokowi-JK sebagai pemenang ataukah menganulir keputusan KPU dan memenangkan pasangan penggugat (Prabowo-Hatta)

Semuanya demi transparasansi, demikian kemajuan demokrasi, keadilan, kejujuran. Dan hal ini wajar terjadi dalam era demokratisasi.

Tetapi... ada satu persoalan yang sangat memprihatinkan dari dinamika persoalan pasca-Pilpres ini. Persoalan mengenai opini publik dan yang dilibatkan terlalu jauh dalam sengketa Pilpres. Opini publik dipertaruhkan karena telah diarahkan kepada kepentingan tertentu oleh pihak-pihak yang memihak.

Salah satunya adalah media massa, yang mestinya menyuarakan fakta pencerahan dan netralitas keadaan. Media massa telah ikut bertarung dengan "perang pemberitaan". Akibatnya, kini sangat terasa bahwa untuk mendapatkan informasi yang faktual, yang sebelumnya bisa didapat dengan cara mencari di media massa apa pun, kini tidaklah demikian.

Ketika saya menginginkan berita perkembangan Pilpres, yang netral, waduh tidak mudah... Karena media-mdia massa yang selama ini terkenal kredibilitasnya berpuluh-puluh tahun pun, sudah tendensius, condong memihak kepada pasangan tertentu.

Mudah-mudahan saja, pasca penetapan MK, suasana "panas" dan "perang" yang menghinggapi media massa ini bisa berakhir. Kita butuh media massa yang fair, netral, transparan dan akuntabel.
Wallahualam